Antara Mendunia dan 5 Keunikan Minangkabau

Wikipedia


"Adat Basandi Syarak.  
Syarak Basandi Kitabullah"

Salah satu diantara ribuan petatah-petitih orang Sumatera Barat, yang artinya adalah adat berdasarkan syarak atau agama. Sedangkan agama berdasar pada Kitab Allah yaitu Al Qur'an yang berarti bahwa agama Islam adalah yang tiang utama. Dimana menjadikan adat lebih terpadu dengan mengacu pada syariat agama. 

Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah, tugas utama beliau adalah untuk memperbaiki Aqidah dan Akhlak, serta mengangkat derajat perempuan yang pada zaman itu dianggap rendah sekali. 

Berdasarkan hal diatas, maka Provinsi yang pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia bertempat di Bukittinggi ini, kaya akan kesukuan, adat, tradisi, budaya, dan kuliner yang mendunia, yaitu randang atau lebih populernya rendang sebagai makanan terlezat di dunia.


rendang, by pixabay


Matrilineal, Kok Bisa?


Banyak pertanyaan mengapa di minangkabau keturunan mengacu pada perempuan, bukan laki-laki? Sedang diatas dikatakan bahwa Agama Islam adalah tiang yang utama, bukankah sudah inkonsistensi dengan ujaran tersebut?

Matrilineal adalah mengambil garis turunan ibu yang digunakan oleh suku di Minangkabau. Artinya adalah ikut garis ibu atau perempuan (Bundo Kanduang). Hal tersebut menyebabkan banyak laki-laki jika sudah baligh atau pubertas  seperti tradisi minang, maka mereka tidak tidur di rumah akan tetapi di luar rumah seperti di surau atau masjid bahkan banyak yang pergi merantau.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz-nya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mababesar.” (QS. an-Nisaa’: 34)

Itulah penggalan ayat yang mengatakan bahwa laki-laki diberi kelebihan sedikit dari perempuan, dari sinilah timbul aneka ragam pertanyaan kenapa orang sumatera barat yang menguasai rumah, sawah, ladang bahkan harta pusaka lainnya adalah perempuan. Bagaimana dengan para laki-laki Minang disana? 

Mengenai Harta Pusaka


Harta pusaka minang ini secara garis besar terbagi 2 kelompok, yang pertama harta pusaka tinggi ialah harta peninggalan nenek moyang kaum kekerabatan yang ditinggalkan secara turun temurun dan umumnya tidak dapat diperjual-belikan.. Seluruh harta pusaka tinggi menjadi milik perempuan secara turun temurun. Kenapa demikian? 

Pada hakikatnya harta pusaka tinggi seperti sawah, ladang dan rumah adalah milik kaum kekerabatan / suku secara global, baik laki-laki maupun perempuan dan  bukan milik perempuan saja, akan tetapi karena budaya merantau lelaki minang tinggi menyebabkan perempuan cenderung tinggal di rumah, maka hanya untuk memudahkan penyebutan kepemilikan harta disebutlah milik seseorang. Misalnya, yang tinggal dirumah sebut saja namanya Wati Caniago dan anak-anaknya maka untuk mempermudah kepemilikan sawah, ladang atau rumah tersebut diucaplah milik si Wati Caniago. Hal ini terjadi berulang hingga terlihat seperti budaya minang.

Yang kedua adalah harta Pusaka rendah,  ialah harta yang dimiliki atau pencarian oleh kedua orang tua kandung selama mereka menikah. Harta ini mutlak jatuh ke anak, sedangkan kaum kekerabatan/suku tidak berhak mendapatkannya.

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan". HR Imam Muslim.

Dari hadits tersebut berarti selain kekuatan fisik, maka kekuatan dalam artian memiliki harta benda atau ilmu dapat menjadi tumpuan dan harapan menjalani kehidupan.

Untuk harta pusaka minang ini banyak orang yang belum mengerti atau bahkan salah paham menganggap bertentangan antara agama dan suku. Kalau melansir ayat dalam Surat An Nisaa' di atas maka terlihat bertentangan, karena "lelaki" diberi sedikit kelebihan  daripada perempuan untuk menafkahi keluarganya.  Disinilah adat berperan. 

Mengapa perempuan? Karena perempuan itu lemah dan harus dilindungi. Seumpama ditinggal suaminya baik bercerai hidup atau mati maka ia masih bisa menghidupi keluarganya dengan sawah, ladang dan rumah yang bisa dikelola sendiri dan ini mengangkat derajat wanita sekaligus melindunginya.


Gadis minang, dokpri


Bagaimana dengan laki-laki di Sumatera Barat?

Terdapat puluhan suku-suku atau marga di Sumatera Barat seperti Caniago, Sikumbang, Guci, Piliang, Melayu, jambak' dan lain-lain. Seperti yang diterangkan pada surat An nisaa' ayat 34 tadi, maka lelaki minang tetap berkedudukan di atas perempuan. Jadi pria dewasa atau yang sudah akil baligh dapat bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. 

Dari sekian puluh suku minang yang mengepalainya/kepala suku atau lazimnya orang minang menyebut sebagai penghulu (Datuk) adalah laki-laki  dan bukan wanita. Apabila laki-laki minang gagal ketika merantau, dia berhak kembali ke rumahnya untuk mengelola harta pusaka tinggi tersebut.


Dan Inilah 5 Keunikan Minangkabau


Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi Minangkabau memiliki keunikan, yaitu

1. Harta pusaka tinggi suku minang bukan milik perempuan saja akan tetapi milik kaum kekerabatan/suku.

2. Laki-laki minang gagal atau sukses di rantau maka dia berhak kembali untuk turut mengelola harta pusaka tinggi tersebut.

3. Seperti QS An nisaa' lelaki tetaplah pemimpin wanita, intinya matrilineal suku Minang hanya untuk melindungi perempuan.

4. Adat tradisi Minangkabau melindungi dan mengangkat derajat perempuan.

5. Adat budaya dan tradisi minang sama sekali tidak bertentangan dengan agama.

Tulisan ini saya buat untuk menambah wawasan tentang budaya Minangkabau yang tepatnya berada di area selingkar danau Maninjau kabupaten Agam Sumatera Barat. Untuk suku Minang wilayah Sumatera Barat lainnya saya belum memiliki opini.
Semoga bermanfaat, bila ada tanggapan lain saya terbuka untuk hal itu, jangan lupa tulis di kolom komentar ya ^^.



30 komentar

  1. Jadi tahu tentang budaya dan tradisi Minang.
    Saya baru tahu jika minang pernah menjadi ibu kota.
    Di kampung saya juga hampir mirip, lelaki jika sudah gede tidurnya di mushola atau masjid

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas bukittinggi pernah jadi ibukota darurat lalu pindah ke jogyakarta terus ke Jakarta lagi deh

      Hapus
  2. saya bingung nih mba, ibu saya jawa, bapak saya minang. Itu saya ngikut yang mana ya mba ? atau tidak ada kampungnya ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap orang punya asal kampunya mas. Mas harus ikuti ortu laah 😊

      Hapus

  3. Dulu hanya tau Minang dengan jam gadang dan rendang nya saja. Sekarang jadi nambah nih pengetahuan tentang adat Minang setelah baca tulisan mbak nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah InsyaAllah manfaat ya mbak😊

      Hapus
  4. Adat Minang menjunjung tinggi kehormatan wanita, sesuai dengan ajaran Islam. Terimakasih sudah berbagi informasi yang bermanfaat ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. TerimKasih Alhamdulillah sudah nambah ilmunya ya mbak😊

      Hapus
  5. Wah, begitu ya.. Baru tau saya. Waktu itu pas belajar antropologi sempet bingung dengan matrilineal orang Minang.. Bagus sih ya.. Kalau pandangan saya berarti wanita2 di sana kuat.. Bisa ditinggal suami merantau dalam waktu yang lama. Kok saya mah kayaknya gak akan kuat ya, pernah LDRan dua bulan aja sering nangis sesenggukan. Padahal suami pulang dua minggu sekali. Akhirnya saya ikut sama suami merantau deh. Hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga ya kuat tapi banyak juga yang ikut suaminya merantau seperti mommy aku 😊

      Hapus
  6. Adat disusun untuk mengakomodir kebutuhan warga
    Pastinya bagus
    Jika mencari kesalahan pasti ditemukan karena ga ada buatan manusia ga ada yang sempurna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mbak, tapi dengan berfikiran positif dan tidak mencari kesalahan orang lain point penting itu yang diajarkan Agama Islam dan harus di mulai Dari diri sendiri😊

      Hapus
  7. Iya sih terkadang serasa ada pertentangan antara agama dan adat. Perempuan Minang mesti membeli ya istilahnya ketika kawinan. Ada teman suami (laki-laki), dia memberikan modal sejumlah uang kepada calon isterinya (dahulu) sebagai tanda membeli gitu deh. Si perempuan adalah orang kurang mampu. jadi pura2 deh tuh padahal aslinya uang dari suami. Ah, binun saiah hihihi. Kisah yg menarik, nambah wawasan :) TFS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau tehnikal seperti itu mah mbak tergantung kesepakatan, tinggal gimana asyiknya aja😊

      Hapus
  8. Teman satu kantorku, orang Minang. Aku paling suka dengar dia cerita adat istiadat di sana. Menarik bgt mmg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aneka ragam culture budaya suatu daerah di Indonesia memang memikat hati ya mbak

      Hapus
  9. Mbak, belum puas dengan jawaban mengapa matrilineal, nih. Menurutku unik tapi aneh. Islam identik dengan patrilineal.

    Oh ya, apa semua laki-laki Minang merantau atau tidak tinggal di rumah seperti tata aturan adat? Sampai sekarang?

    BalasHapus
  10. Ooh... jadi begitu ya yang sebenarnya. Iya, yang saya tahu selama ini hanya sebatas adat di tanah Minang bahwa perempuan mendominasi. Ternyata ada alasannya yaitu karena budaya merantau lelaki Minang ya. Toh kepemilikan harta dan pusaka tidak hanya oleh perempuannya ya.
    Suka deh, baca tulisan tentang budaya Nusantara gini.

    BalasHapus
  11. Menarik sekali mbak bahasannya. Budaya minang merupakan salah satu budaya yang pengen saya kenal lebih jauh. Soalnya punya teman dan saudara ipar yang berasal dari minang. Ada beberapa teori yg terpatahkan semenjak mengenal orang minang lebih dalam..

    BalasHapus
  12. Dulu aku juga menganggap jadi laki-laki Minang tuh nggak enak karena nggak dapat harta warisan. Lalu, orang yang menikah dengan perempuan Minang apalagi keluarganya kaya raya tuh enak, ikut kecipratan. Halah, ini pemikiran anak kuliah dulu yang teman sekost ada dua orang yang berdarah Minang. Mereka juga nggak menjelaskan seperti ini sih, hahaha ...

    By the way, nama Wati Chaniago itu tuh nama salah satu teman kost aku tadi. Berasa dia ada di dalam tulisan ini jadinya, huehehe ...

    BalasHapus
  13. Ternyata seperti itu ya maksudnya budaya matrilineal di minang. Kalau marganya tetap ikut marga ayah ya? Atau sebenarnya tak ada marga?

    BalasHapus
  14. Wah ubik ya budayanya.
    Makanya knp banyak laki-laki minang pergi merantau.
    Nggak hanya laki laki sih, tmnku perempuan minang juga merantau

    BalasHapus
  15. Aku juga penasaran kak ingin sekali menjejakkan kaki di tanah minang yang indah itu. Katanya rumah gadangnya jadi warisan budaya dan cuman diperuntukkan buat cagar budaya gak buat ditinggali lagi. Iyakah??

    BalasHapus
  16. Suami saya orang Minang.
    Jadi emmang garis maternal.
    Namun, kalau berkaitan dnegan Harta mertua tidak memilih ikut adat atau agama.
    Mumpung hidup dia sudah bagikan walau tak seorang anakpun sudah mengambil jadi nanti jatuhnya bukan warisan.

    Kata Mama lagi kalau tanah warisan di sana susah dijual karena harus seisin tetuanya.

    Mertuaku perantau, awalnya du Jakarta lalu di tahun 70an menetap di Bali sampai sekarang. Hanya sesekali pulang ke Minang.

    BalasHapus
  17. Wah sharing yang bagus nih dari membaca postingan ini saya jadi tahu sedikit mengenai adat minangkabau yanh ternyata memang tidak bertentangan dengan agama ya dimana laki2 tetap dianggap sebagai pemimpin perempuan.

    BalasHapus
  18. Jadi paham maksudnya mengapa di Minang perempuan seolah mendominasi. Ternyata karena perempuan harus kuat ketika ditinggal suaminya merantau. Jadi bukan karena kedudukannya diatas laki-laki, ya? Tetapi justeru menjalankan syariat Islam yang mengajarkan bagi perempuan untuk menjaga harta suaminya (kala itu suami pergi berjihad). Thanks infonya mbak

    BalasHapus
  19. Waah aku jadi belajar keunikan soal suku Minang ini. Unik ya harta pustaka tertinggi bukan hanya milik perempuan tapi juga sukunya. Salut juga kalau laki-lakinya merantau namun tidak berhasil, boleh kembali dan mengelola harta pustaka. Tradisi Minangkabau juga mengangkat derajat perempuan. Dan tidak ada adat/tradisi yang bertentangan dengan syariat agama. Keren :)

    BalasHapus
  20. Wah, jadi tercerahkan nih dari ulasan Kak Emma. Tapi ada kemiripan juga sedikit dengan adat kampung halamanku, Kak. Kalo orang Aceh Pidie, anak perempuan memang diberikan rumah sebagai warisan, tapi anak laki-laki biasanya diberikan sawah. Tujuannya adalah, jika anak perempuan ini ditinggal (mati atau cerai) oleh suaminya, maka dia dan anak-anaknya masih ada tempat untuk bernaung gitu, deh. :)

    Jadi memang untuk melindungi kaum perempuan yang 'dianggap lemah'.

    Bicara soal warisan, memang beda-beda tiap adat dan budaya, ya, Kak? Tapi tetap dipadukan dan mengutamakan hukum Islam sih agar tidak bentrok ya?

    Btw, trims loh ulasannya, jadi tercerahkan, nih!

    BalasHapus
  21. Tetapi Mbak, bukannya di Islam juga menganjurkan untuk segera membagi harta waris sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Islam ya?

    Jujur hati saya memang suka bertanya-tanya tentang adat harta ini. Karena (ini hanya pandangan awam saya saja lho ya), setahu saya, soal agama kalian kan pada taat ya. Tapi kok harta banyakan dikasihkan ke cewek.

    Jadi sebenarnya hany dikelola ya, jika anak cowok pulang boleh diambil alih?

    BalasHapus
  22. Menarik juga kalau dipelajari ya tentang adat Minang ini. Aku malah pengen mempelajari kulinernya mbaa. Kayaknya kuliner Minang tuh lezat-lezat gitu (dasar aku, yang dipikirin makanan mulu. hihi)

    BalasHapus
Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *