Stop KDRT dengan Pendidikan sekolah Bagi Calon Ayah dan Calon Ibu

Berita di televisi yang menampilkan bagaimana Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bagaikan fenomena gunung es, dimana terjadi hampir disetiap lini kehidupan. Dari desa sampai kota, orang biasa sampai selebritis selalu ada saja kejadian yang menambah panjang deretan kasus KDRT ini.

Mengenal KDRT

Sebelum melangkah lebih jauh, penting untuk memahami apa itu KDRT. Kekerasan ini tidak hanya terbatas pada fisik maupun verbal, tetapi juga mencakup kekerasan emosional, seksual, dan ekonomi. Banyak korban yang merasa terjebak dalam siklus kekerasan, tidak tahu harus ke mana atau kepada siapa mereka bisa bercerita.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah isu yang serius dan kompleks. Mari kita bersatu untuk mendukung mereka yang terjebak dalam siklus kekerasan ini. Suara mereka layak didengar, dan tindakan kita bisa menjadi pembuka jalan menuju pemulihan. Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi setiap individu. Nah, faktor apa saja penyebab Kekerasan dalam rumah tangga? Berikut adalah beberapa faktor penyebab yang umum:

1. Faktor Sosial dan Budaya

Pandangan masyarakat yang menempatkan laki-laki sebagai penguasa dan perempuan sebagai pihak yang lebih rendah dapat memicu kekerasan. Selain itu stigma sosial sering kali menstigma korban, membuat mereka enggan untuk melapor atau mencari bantuan.

2. Faktor Ekonomi

Ketidakstabilan Ekonomi, Masalah finansial dapat meningkatkan stres dan ketegangan dalam rumah tangga, yang sering kali berujung pada kekerasan.

3. Faktor Psikologis

Menurut pendapat para psikolog, pelaku yang pernah mengalami atau menyaksikan kekerasan saat kecil lebih mungkin untuk melanjutkan siklus tersebut dalam hubungan mereka. Masalah Kesehatan Mental, seperti depresi atau kecemasan dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap perilaku kekerasan.

4. Faktor Hubungan

Ketidakadilan dalam pengambilan keputusan dalam hubungan dapat memicu konflik dan kekerasan, belum lagi ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif dapat menyebabkan frustrasi dan ketegangan.

5. Faktor Lingkungan

Bertempat tinggal di lingkungan yang tinggi tingkat kekerasan atau kriminalitas dapat meningkatkan risiko KDRT.

6. Faktor Alkohol dan Narkoba

Penggunaan alkohol atau narkoba sering kali berhubungan dengan peningkatan agresi dan perilaku kekerasan.

Dengan memahami faktor-faktor ini, penting untuk mengatasi dan mencegah KDRT. Pendekatan yang menyeluruh dengan melibatkan pendidikan, dukungan sosial, dan kebijakan publik yang tepat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua orang.

Stop KDRT dengan Pendidikan sekolah Bagi Calon Ayah dan Calon Ibu
Ilustrasi design by canva

Dampak Kekerasan dalam rumah tangga

Masalah KDRT yang terjadi dengan beragam kasus ini, tentunya akan berdampak buruk pada korbannya. Lalu  dampak apa saja yang akan menimpa para korbannya? ini lah beberapa dampak akibat KDRT.

1. Dampak Fisik

Korban sering mengalami cedera fisik, mulai dari memar hingga luka serius, beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan jangka panjang akibat kekerasan, seperti gangguan fisik atau penyakit kronis.

2. Dampak Psikologis

Korban KDRT dapat mengalami trauma, depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Dampak buruk KDRT seringkali menyebabkan korban merasa tidak berharga dan kehilangan rasa percaya diri.

3. Dampak Sosial

Korban KDRT sering terisolasi dari teman dan keluarga, membuat mereka merasa sendirian dan terjebak. Opini masyarakat seringkali menstigma korban, membuat mereka enggan untuk mencari bantuan.

4. Dampak Ekonomi

Traumatik dari KDRT membuat Korban mungkin kehilangan pekerjaan, baik karena cedera fisik maupun karena ketidakmampuan untuk fokus akibat stres. 

5. Dampak pada Anak

Anak-anak yang menyaksikan atau mengalami KDRT dapat mengalami trauma yang berdampak pada perkembangan emosional dan sosial mereka. Siklus Kekerasan berlanjut  dari anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan KDRT lebih mungkin untuk mengulangi pola tersebut.

6. Dampak pada Hubungan

Kerusakan akibat KDRT seperti perceraian dapat menghancurkan hubungan keluarga dan persahabatan, menciptakan ketegangan dan konflik yang berkepanjangan. 

7. Dampak pada Masyarakat

KDRT dapat menambah beban pada sistem kesehatan, peradilan, dan layanan sosial, yang membutuhkan sumber daya untuk menangani kasus-kasus tersebut. Tingginya tingkat KDRT dapat berkontribusi pada ketidakstabilan sosial dan menciptakan lingkungan yang tidak aman.

Langkah apa saja untuk mencegah terjadinya KDRT?

Mencegah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, agar kejadian buruk ini dapat diminimalisir. Maka penting bagi masyarakat untuk mengetahui langkah-langkahnya.

✅Edukasi masyarakat untuk memahami apa itu KDRT, tanda-tandanya, dan dampaknya. Program edukasi di sekolah, komunitas, dan tempat kerja dapat membantu. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dan menghargai hak-hak semua individu.

✅Menyediakan layanan konseling bagi korban KDRT untuk membantu dan mendukung mereka untuk memahami situasi mereka dan menemukan jalan keluar. Serta meningkatkan akses kepada bantuan hukum bagi korban agar mereka dapat melindungi diri secara legal.

✅Pemberdayaan Ekonomi, menawarkan pelatihan keterampilan bagi perempuan agar mereka dapat mandiri secara finansial. Hal ini dapat membantu korban KDRT dalam memulai usaha kecil untuk meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

✅Membangun jaringan dukungan dalam komunitas yang dapat membantu korban merasa aman untuk berbicara. Meluncurkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak KDRT dan cara mencegahnya.

✅Masyarakat dan keluarga harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal kekerasan dan mengambil tindakan sebelum situasi memburuk. Menyediakan program rehabilitasi bagi pelaku kekerasan untuk membantu mereka mengubah perilaku.

✅Mendirikan hotline atau aplikasi yang dapat diakses dengan mudah oleh korban untuk mendapatkan bantuan secara cepat dan anonim. Gunakan platform media sosial untuk menyebarkan informasi dan mendukung kampanye anti-KDRT.

✅Mendorong pemerintah untuk memperkuat undang-undang dan kebijakan yang melindungi korban KDRT. Memastikan bahwa hukum yang ada ditegakkan dengan tegas untuk memberikan efek jera kepada pelaku kekerasan.

Mencegah KDRT memerlukan kolaborasi antara individu, komunitas, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Dengan pendekatan yang terpadu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua orang.

Stop KDRT dengan Pendidikan sekolah Bagi Calon Ayah dan Calon Ibu
Ilustrasi design by canva 

Stop KDRT dengan Pendidikan sekolah Bagi Calon Ayah dan Calon Ibu 

Pendidikan sekolah bagi calon ayah dan calon ibu menjadi sangat penting untuk membentuk generasi yang sehat, bahagia, dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan ini menjadi begitu krusial

Pendidikan ini membantu calon orang tua memahami nilai-nilai keluarga, seperti kasih sayang, tanggung jawab, dan kerja sama. Ini penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang positif. Calon ayah dan ibu perlu memahami kesehatan reproduksi, termasuk perencanaan keluarga, kehamilan, dan persalinan. Pengetahuan ini membantu masyarakat membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.

Pendidikan ini memberikan keterampilan dasar dalam pengasuhan anak, termasuk cara mendidik, berkomunikasi, dan memahami perkembangan anak. Ini membantu calon orang tua untuk lebih siap menghadapi tantangan pengasuhan.

Dengan pendidikan yang baik, calon orang tua dapat lebih memahami pentingnya komunikasi yang sehat dan menghindari pola perilaku yang bisa mengarah pada kekerasan dalam rumah tangga. Pendidikan ini juga mencakup aspek emosional, membantu calon orang tua untuk mengelola stres dan tekanan yang datang dengan pengasuhan, serta meningkatkan kemampuan mereka untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak kelak 

Calon orang tua belajar tentang cara mendidik anak secara efektif, termasuk teknik belajar yang sesuai dengan usia dan cara mendukung minat serta bakat anak. Selain itu pendidikan ini juga mencakup pengelolaan keuangan keluarga, membantu calon orang tua merencanakan keuangan untuk kebutuhan anak dan pendidikan di masa depan.

Pendidikan ini membantu calon pasangan dalam memahami pentingnya komunikasi, kompromi, dan resolusi konflik, yang merupakan kunci untuk hubungan yang sehat dan harmonis. Calon orang tua juga perlu memahami cara mendukung anak-anak dengan kebutuhan khusus, sehingga mereka dapat memberikan perhatian dan perawatan yang tepat.

Dampak KDRT sangat kompleks dan meluas, mempengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang KDRT serta menyediakan dukungan yang memadai untuk korban, agar kita dapat memutus siklus kekerasan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat.

Penutup

Pendidikan bagi calon ayah dan ibu bukan hanya tentang mempersiapkan mereka untuk menjadi orang tua, tetapi juga tentang membentuk masyarakat yang lebih baik. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka nantinya, dimana pada gilirannya akan berkontribusi pada masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Artikel ini terinspirasi dari Samsul Husen, Daerah Istimewa Yogyakarta, Penerima Satu Indonesia Awards tingkat provinsi, bidang pendidikan tahun 2022 




Lebih lamaTerbaru

15 komentar

  1. setuju mba perlu adanya pendidikan dini untuk calon ayah dan calon ibu, menikah ga hanya untuk perkembang biakan saja tapi didalamnya mencakup pendidikan anak hingga menghindari kdrt spt ini. Sedih kalau ada kasus kdrt tuh

    BalasHapus
  2. Kebanyakan di negara kita tuh, nikah karena umur udah gak muda lagi, trus pas pacaran toxic reletionship gitu, tapi masih dilanjutin. Nah pas menikah kurang komunikasi antar pasangan, akhirnya sama2 mendam, yang ujungnya jadi bom waktu yang nunggu meledak. Saya setuju sih sama edukasi seperti disebut di atas.

    BalasHapus
  3. Seingat saya, asik saya sebelum menikah juga ikut pendidikan seperti ini bersama calonnya. Ya paling gak punya bekal lah seperti apa tentang kehidupan berumahtangga.

    BalasHapus
  4. Perlu adanya edukasi ke masyarakat trntang masalah KDRT, salah satunya adalah sekolah calon ayah dan calon ibu.
    Sehingga pasangan yg ingin menikah punya pengetahuan yg lebih baik tentang bagaimana membangun sebuah rumah tangga.

    BalasHapus
  5. Semoga kita semua dapat terhindar dari KDRT dan selalu terlindungi yaaah. Itulah pentingnya pendidikan terutama keterampilan dasar dalam pengasuhan anak bagi para calon orangtua yaah

    BalasHapus
  6. Setuju banget mbk, karena salah satu fungsi pendidikan adalah usaha kita untuk menghadapi kehidupan yg akan datang. Insya Allah dengan bekal pendidikan yang baik, minimal terhindar dari perilaku yang kurang baik.

    BalasHapus
  7. Makin banyak kasus KDRT merebak. Tentu adanya pendidikan bagi calon ayah dan calon ibu bisa jadi solusi untuk memberantas kasus-kasus KDRT nanti

    BalasHapus
  8. Nah, bagus ini kalau pasutri mengikuti konselimng terlebih dahulu sebelum pernikahan. Terutama calon suami/ayah nih supaya bisa lebih memahami istri dan anak-anaknya kelak dalam kehidupan berumah tangga. KDRT yang mengakibatkan pembunuhan semakin marak saja ya, kesal lihat beritanya. Apakah jiwanya sudah sakit parah ya?

    BalasHapus
  9. klo kdrt itu terjadi karena kedua atau salah satu pasangan berwatak emosional. Pentingnya mengenal jauh pasangan sebelum menikah.

    BalasHapus
  10. Bagus juga kalau ada pendidikan untuk calon ayah dan ibu. Pernah dengar juga tentang sekolah/kursus pra nikah. Semoga dengan pendidikan seperti ini, makin meminimalisir kejadian KDRT baik fisik maupun non fisik

    BalasHapus
  11. Memang perlu ya pendidikan sebelum menjadi orangtua ini, karena pasti berdampak pada anaknya kelak. Kalo punya ilmunya, bisa paham bagaimana perkembanga dan dalam mendidik anak

    BalasHapus
  12. Sekarang sebelum menikah wajib ikut pendidikan sekolah bagi calon ayah ibu. Kemarin anakku yang sulung dan calon istrinya ikut pendidikan tapi kok cuma dua hari di KUA setempat. Lumayan sih daripada jaman dulu nggak pernah ada pendidikan kayak gini. Jadi masing-masing ngerti kewajiban nya sebagai suami dan istri

    BalasHapus
  13. Setuju banget setiap calon pengantin perlu punya ilmu tentang kehidupan pernikahan, belajar tentang hak dan kewajiban masing-masing, saling support, saling menghargai dan tidak semena-mena terhadap pasangan agar terhindar dari kekerasan dalam rumah tangga.

    BalasHapus
  14. Setuju untuk pendidikan bagi calon pengantin ya, jadi mereka dibekali dulu sebelum melangkah ke pelaminan karena menikah tidak mudah apalagi saat sudah ada anak...apalagi di masa ekonomi lagi sulit seperti ini rawan stres orang-orang..

    BalasHapus
  15. Bagus sekali nih mba Ema terkait pendidikan untuk calon ayah dan ibu. Terbayang generasi ini akan di persiapkan secara matang, terutama dari sisi ilmu dan juga mental.

    Sehingga KDRT bisa di tekan lebih dalam supaya tidak berulang dan memberi dampak buruk bagi generasi penerus.

    BalasHapus
Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *